Candi Gunung Kawi atau Candi Tebing Kawi adalah situs purbakala yang dilindungi di Bali. Terletak di Sungai Pakerisan, Dusun Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, Indonesia. Sumber ( Wikipedia )

Sejarah :
Candi ini dibangun kira-kira abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Udayana hingga pemerintahan Anak Wungsu. Raja Udayana merupakan salah satu raja terkenal di Bali yang berasal dari Dinasti Warmadewa. 
 
Melalui pernikahannya dengan seorang puteri dari Jawa yang bernama Gunapriya Dharma Patni, ia memiliki anak Erlangga dan Anak Wungsu. Setelah dewasa, Erlangga kemudian menjadi raja di Jawa Timur, sementara Anak Wungsu memerintah di Bali. Pada masa inilah diperkirakan candi tebing kawi dibangun. Salah satu bukti arkeologis untuk menguatkan asumsi tersebut adalah tulisan di atas pintu-semu yang menggunakan huruf Kediri yang berbunyi “haji lumah ing jalu” yang bermakna sang raja yang (secara simbolis) disemayamkan di Jalu. Raja yang dimaksud adalah Raja Udayana. 
 

 

Sedangkan kata jalu yang merupakan sebutan untuk taji (senjata) pada ayam jantan, dapat diasosiasikan juga sebagai keris atau pakerisan. Nama Sungai Pakerisan atau Tukad Pakerisan inilah yang kini dikenal sebagai nama sungai yang membelah dua tebing Candi Kawi tersebut. Candi ini ditemukan kembali oleh peneliti Belanda sekitar tahun 1920.
 
Candi Gunung Kawi Memiliki sekitar 315 anak tangga di tubir Sungai Pakerisan. Suasana asri yang nampak dari rerimbunan pohon di tepi sungai, juga gemericik air dari sungai yang dikeramatkan di Bali ini membuat pengunjung seolah disambut oleh simfoni alam. Anak tangga-anak tangga untuk menuju Candi Gunung Kawi ini terbuat dari batu padas yang dibingkai dengan dinding batu.

Sesampainya di kompleks candi, wisatawan akan menyaksikan dua kelompok percandian yang dipisahkan oleh aliran Sungai Pakerisan. Candi pertama terletak di sebelah Barat sungai, menghadap ke Timur, yang berjumlah empat buah. Sedangkan candi kedua terletak di sebelah Timur sungai, menghadap ke Barat, yang berjumlah lima buah. Pada kompleks candi di sebelah Barat, juga dilengkapi kolam pemandian serta pancuran air. Menyaksikan dua kompleks candi ini, wisatawan akan dibuat takjub oleh pemandangan dinding-dinding batu cadas yang dipahat rapi membentuk ruang-ruang lengkung yang di dalamnya terdapat sebuah candi. Candi-candi ini sengaja dibuat di dalam cekungan untuk melindunginya dari ancaman erosi